Dimensi Keindividuan
Lysen
mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, suatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu
diartikan sebagai pribadi. Sejak lahir manusia telah dikaruniai potensi untuk
menjadi berbeda dari yang lainnya, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri.
Tidak ada diri individu yang identic di muka bumi ini demikian kata M.J
Langeveld (seorang pakar pendidikan tersohor di Negeri Belanda) yang mengatakan
bahwa setiap orang memiliki inidividualitas.
Dua anak kembar yang berasal dari satu
telur pun, yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit
untuk dibedakan satu dari yang lain, hanya serupa tapi tidaklah sama, apalagi
identic. Hal ini berlaku baik dari sifat fisik maupun psikisnya. Dikatakan
bahwa setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya).
Karena adanya individualitas itu setiap
orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya
tahan yang berbeda. Kecenderungan akan perbedaan ini sudah mulai tampak ketika
sang anak sudah mulai menolak ajakan dari ibunya pada masa kanak-kanak.
Perkembangan lebih lanjut mengungkapkan bahwa setiap orang memiliki sikap dan
pilihan sendiri yang dipertanggungjawabkan sendiri, tanpa mengharapakan bantuan
orang lain untuk ikut mempertanggungjawabkan.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab
sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada
diri manusia. M.J Langeveld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan
untuk mandiri yang sangat kuat, meskipun di sisi lain pada anak terdapat rasa
tidak berdaya, sehingga memerlukan pihak lain (pendidik) yang dapat dijadikan
tempat bergantung untuk memberi perlingungan dan bimbingan.
Sifa-sifat yang telah digambarkan diatas
yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuhkembangkan
melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa dibina melalui
pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang
memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian unik akan tetap tinggal laten.
Dengan kata lain kepribadian seseorang tidak akan terbentuk dengan semestinya
sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai miliknya.
Sumber : Umar,Tirtarahardja. (2010). Pengantar
Pendidikan.Jakarta ;PT RINEKA CIPTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar